Seminggu kemarin kami habis berjalan2 ke Bandung dan Ciwidey. Beberapa posting sebelum posting ini ada research yg kami lakukan sebelum memulai perjalanan. :)
Rencana semula untuk naik motor lewat Puncak dibatalkan, karena suami merasa resiko kesehatan (pengendara dan motornya) lumayan besar (6 jam bo klo lewat Puncak :P). Jadi daripada daripada, lebih baik kami berangkot ria aja. Lagian setelah research ternyata jalur angkotnya jg tidak terlalu ribet.
Kami berangkat dari naik X-Trans Tomang menuju Bandung. Ternyata ongkos X-Trans buat non-member sudah naik jadi Rp. 70.000,-. Agak kaget juga sih, karena setaun kemaren cuma Rp. 60.000,-; lagian kan harga bensin sudah turun (mental ibu2nya mulai keluar..).
Anyway, setelah sampai di Bandung, kami turun di Pasteur (depan BTC), karena saya penasaran dengan penginapan Cherry Homes (http://www.cherry-homes.net/). Setelah telpon Cherry Homes buat tanya arah jalan, kami diarahkan untuk masuk ke kelokan Auto 2000, dan terus masuk sampe ketemu penginapannya.
Ternyata oh ternyata, penginapan ini memang bukan buat pengunjung tanpa kendaraan pribadi.. :P Karena masuknya lumayan jauh. Apalagi kami berdua membawa ransel berisi perlengkapan untuk seminggu. Dan lucunya, sepanjang jalan masuk menuju Cherry Homes kami melewati 2 penginapan lain, dengan harga yg sebenernya tidak jauh berbeda. Tapi saking penasarannya saya dengan Cherry Homes ini (saya baca review yg bagus dari internet, dan foto2 di websitenya lumayan menarik), maka kami putuskan buat tetap menginap di Cherry Homes. Waktu check in disini ternyata jam 2 siang, namun meskipun kami datang jam 12 tetap bisa dapat kamar yg lumayan (Deluxe, diskon 15% dengan kartu kredit Mandiri. Heheheh).
Kamar Deluxe ini tidak seindah bayangan saya. Jadi jujur saya agak kecewa. Tau gitu kan mending ngambil hotel yang agak deket jalan raya. :P
Setelah beres2 dan sholat, kami langsung menuju jalan Riau (RE Martadinata) untuk ngecek barang2 FO terbaru (hahaha :D). Makan kupat tahu petis yg enyaak (Rp. 6000,-/ porsi) dan es duren yg bener2 terasa durennya (Rp. 6000,-/cup). Setelah itu kami istirahat di warung susu dekat Dipati Ukur minum STMJ. Whuahh.. Benar2 nyaman. :D
Setelah beli bekal makan malam untuk dimakan di hotel (Sate Padang, 10 tusuk + lontong Rp. 9000,-/ porsi), kami pun pulang dengan puas (meskipun rada cape karena jalan masuk ke hotelnya jauuuuuh *keki berat*).
Besoknya kami check out dan langsung menuju Leuwi Panjang, cari kendaraan menuju Ciwidey. Bingung memutuskan naik Elf ato Damri, akhirnya saya putuskan naik Elf saja, karena kendaraannya lebih kecil, jadi klo menikmati pemandangan luar lebih nyaman. Lagian kita bisa duduk di depan. Ternyata mmg benar, karena klo naik Damri, kadang jadi lebih lama karena Damri ini suka ngetem dulu di Soreang.
Di Elf kami duduk bertiga di depan, berempat dengan sopir, dan 2 ransel besar.. :D 1.5 jam kemudian kami sampai di Terminal Ciwidey, kami bayar Rp. 6000,-/ orang. Belakangan kami baru tahu kalau perjalanan berangkat kami relatif nyaman, karena Elf yg kami tumpangi ngga ngetem di Soreang. Anyway, pengalaman berkendara dengan Elf yang lebih menyiksa ada di perjalanan pulang yg akan diceritakan kemudian. :D Makan dulu di warung depan Terminal (nasi timbelnya lumayan, gule kambingnya kemanisan.. Berdua Rp. 36.000,-)
Jalan naik sedikit (200 meter), ada Sindang Reret. Akhirnya kami putuskan nginep di Sindang Reret saja, karena info yang kami dapat tentang penginapan lainnya kurang lengkap, lagian sudah capek boo'.. :P
Karena kami datang pada hari kerja (Kamis), maka tarif yg berlaku untuk kamar Standard adalah 250 ribu/ hari. Harga ini berubah menjelang weekend menjadi 350/ hari.
Hari pertama kami habiskan dengan menjelajah Sindang Reret dan daerah alun2 Ciwidey. Pada hari kerja, keliatannya hanya ada kami dan 1 kamar lagi yg terisi tamu. Area Saung Sawah Sindang Reret pun tampak lengang, dan permainan flying fox yg ingin kami coba ternyata hanya ada pada hari Sabtu - Minggu atau pada hari Libur. Namun memang tempatnya sangat menyenangkan dan cocok untuk honeymoon ataupun liburan bersama keluarga.
Puas foto2 dan menjelajah Sindang Reret, kami berjalan kaki ke arah Alun2 Ciwidey, sekitar 400 meter dari penginapan. Sepanjang jalan ada beberapa perkebunan Strawbery yg tidak begitu besar, dan berderet2 penjual Kalua (manisan kulit jeruk bali) dan berbagai jajanan oleh2 khas Ciwidey.
Besoknya kami berangkat jam 8 dari Terminal Ciwidey menggunakan angkot kuning (tarif standard 6000 ke setiap tempat wisata, namun pada kenyataannya banyak penduduk lokal yg hanya membayar 1000 atau 2000 rupiah saja); dan kami memutuskan untuk berhenti di pemberhentian terakhir, yaitu di Situ Patengan.
Jadi urut- urutan tempat tujuan wisata di Ciwidey, dimulai dari yang paling bawah adalah : Kebun Strawberry - Kawah Putih - Pemandian Air Panas Cimanggu - Pemandian Air Panas Ciwalini - Situ Patengan
Situ Patengan, diluar dugaan saya, adalah danau alami yg SANGAT SANGAT INDAH .. :) Foto2 yang ada di website ini mungkin masih kurang untuk menggambarkan keindahannya. Ingat2 aja, foto yg ada di website ini, dan tambahkan kira2 30% lagi untuk keindahannya. Kira2 begitulah pesona pemandangan aslinya.
Jam 8 pagi di Situ Patengan, matahari bersinar cerah. Namun yang tidak saya sangka adalah angin dingin yang berhembus lumayan kencang :D Jadi berasa di Eropa hahaha :D Setelah puas foto2, berjalan2 di kebun teh, berkhayal bikin villa di tengah2 kebun teh dengan pemandangan eksklusif Situ Patengan, dan muter2 naik perahu, kami memutuskan untuk menuju tempat pemberhentian selanjutnya, yaitu pemandian air panas.
Karena ternyata pemandian air panas Ciwalini tutup (tutup setiap hari Rabu dan Jumat untuk dikuras), kami terpaksa menuju pemandian Cimanggu, yang menurut beberapa review yg kami baca di internet dirasa kurang bersih dan terawat. Namun karena ini adalah pengalaman pertama saya dengan pemandian air panas, saya pikir cukup lumayan lah. Air sulfur mengalir ke beberapa kolam yang tersedia, dibedakan berdasarkan kedalamannya. Saya dan suami memilih kolam yang paling sepi :P
Ada juga ditawarkan kolam2 "private", namun saya tidak tega melihat kondisinya. :P Ruangannya sangat gelap, kurang terawat dan bak rendamnya terkesan dibuat seadanya. Cenderung mesum malah :P Jika dibandingkan dengan spa yang belakangan ini sering saya desain, huah.. rasanya Cimanggu klo di renovasi dengan kualitas resort, pasti bisa menjadi tujuan wisata dengan penghasilan tinggi. :P *sigh*. Benar2 sayang sekali.
Ketika matahari mulai beranjak naik, kami keluar dari kolam dengan perasaan relaks dan lebih bugar. Tapi saya masih pengen datang ke Ciwalini suatu saat nanti.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment